Label

Minggu, 24 Februari 2013

Sejarah Padepokan Lembah Aren Kembar



Padepokan Aren kembar

Letak Padepokan diapit empat nama yang terkenal dengan sebutan Gerong, Pundung, Montong, dan bukit Kaca Menir. Keempat nama tersebut dahulu milik seorang penggembala kerbau bernama Eyang Wana.
Dinamai Gerong karena tersebut terdapat makam yang disaat hidupnya dia seorang garong tetapi hasilnya dibagikan kepada orang-orang yang lemah. 
Pundung juga disebut mocopot pundung, karena si tukang kebun yang bernama Eyang Ngafiah (tokoh
spiritual juga) ketika menyanyikan lagu-lagu macapat gondang keli, orang yang hendak melakukan kejahatan mendengarkan lagu tersebut langsung lari terbirit-birit. Suara tersebut bagai petir yang menyambar (pundung,tundung,mengusir).
Montong, dahulu pemilik daerah tersebut kehidupannya serba kecukupan namun terkadang lalai terhadap sesama yang kekurangan maupun butuh pertolongan, sehingga orang menyebutnya Montong atau yang berarti sombong.
Bukit Kaca Menir, tokoh supranatural menyebutkan bahwa bukit ini menyimpan segudang mistis. Banyak para pelaku supranatural mendapat benda-benda berasal dari alam ghoib dari bukit tersebut, antara lain golek kencana, besi kuning, batu akik dll.
aren kembar dan air terjun padepokan

Diantara empat nama pereng dan bukit terdapat tempuran (pertemuan dua sungai), yaitu sungai depok dan sungai Serayu. Mengapa lembah ini yang kami pilih didirikannya padepokan? Selama bertahun tahun kami melakukan laku ritual di daerah Banjarnegara,kami mendapat petunjuk awal, yaitu keberadaan Cahaya biru yang terdapat di Banjarnegara sebelah timur Laut, Barat Laut, dan sebelah Selatan. Kami menelusuri dan mengikuti cahaya tersebut dimulai dari timur laut, yaitu di dataran tinggi Dieng, kami lanjutkan ke bukit windu, pagar endong,wora-wari dan terakhir gunung indrakila (pertapaan indrakila adalah petapa yang diyakini muksa di daerah tersebut, bernama Eyang Supa dengan seorang Panglima yang bernama Ki Honggo Rekso serta seorang putri bernama Nyi Roro Ireng).
Sekelumit sejarah tentang pertapaan Indrakila tidak lepas dari sejarah pewayangan karena letaknya yang berada didaerah Madukara yang merupakan pertapaan Arjuna dengan julukan Begawan Ciptaning.
Sebelum kami melakukan ritual di daerah tersebut diharuskan mandi jamas disendang kamulyan,  selama kami melalukan perjalanan ritual, baru kami diberikan petunjuk yang ternyata Indrakila adalah teropong ke singgasana ratu Pantai Selatan. Menurut hemat kami, ratu pantai selatan adalah seorang bidadari utusan ratu Bilqis (istri Nabi Sulaiman as) yang menurut karomah supaya mentauhidkan (agama tauhid) di pesisir Tanah Jawa, sehingga ia dijuluki Dewi Nawang wulan.
Darat laut,  kami melakukan ritual dimakam Sunan Gepit, Gunung sida mukti, ki Ageng karang kobar, Gunung mendala, dan yang terakhir di Jembangan, yaitu makam Nyi Sekar Rubiati, putra keempat dari syaik Jambu Karang.
Sedangkan dari Selatan kami melakukan perjalanan ritual yang diawali ditempat Padepokan macan putih lintang tiba ki jaga pati krandegan, tuk windu silempid, nyi roro kuning gumelem dan ini merupakan cikal hakalnya batik gumelem.
Setelah melakukan perjalanan panjang, kami mendapat petunjuk untuk mendirikan padepokan dengan tujuan dakwah kebaikan yang kami percaya baik menurut Sang pencipta, menurut Pribadi, dan menurut sesama.
Disuatu malam jumat kliwon tanggal 22 bulan sya'ban 2012 dini hari. Kami diberi suara dari alam yang berbeda (ilham) untuk mencari tempat yang terdapat dua mata air. Satu dari timur dan yang satu dari barat. Terdapat pusat pelangi (teja) dan ada dua pohon aren. Lembah inilah, menurut karomah yang dimaksud. Atas ridho Alloh SWT, tempat ini dibangun gubug sederhana yang didukung sepenuhnya oleh Bapak Agus Sudiyanto dan kamipun memberi nama Padepokan Lembah Aren Kembar. Padepokan ini terdapat sendang dari dua mata air yang menyatu, yaitu sendang Eyang Aren Pati.



Ustadz Muhammad Alfie Syaifulloh Pimpinan Padepokan LAK (jubah putih)

5 komentar:

contact person : +625292699825

Ustadz Muhammad Alfie Syaifulloh